Oleh: Muhammad Isnaini[1]
Di bulan penuh berkat ini, kita berkumpul dalam cahaya suci yang menerangi hati dan jiwa kita. Ramadan, bulan di mana pintu surga terbuka, di mana setiap doa dijawab, dan di mana kesempatan untuk menjadi lebih baik menanti. Saat kita memasuki bulan suci ini, mari kita bukan hanya berpuasa dari makanan dan minuman, tetapi juga dari segala bentuk keburukan dan kesalahan. Bulan Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang memperkuat kesabaran, belas kasihan, dan kebaikan hati kita. Ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk merenung dalam keheningan, memperbaiki hubungan kita dengan Allah, dan dengan sesama manusia. Sebuah waktu di mana kata-kata kita memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menginspirasi, menghibur, dan mengangkat semangat. Kita telah diberikan kesempatan istimewa untuk menyempurnakan diri kita, untuk menemukan kedamaian dalam ibadah, dan untuk mempererat ikatan kita dengan pencipta kita. Mari kita manfaatkan setiap momen Ramadan ini dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, untuk mencapai tujuan kita sebagai individu yang lebih baik, dan sebagai komunitas yang lebih berdaya. Dalam setiap langkah kita di bulan yang mulia ini, marilah kita berusaha menjadi cahaya bagi yang lain, memancarkan kasih sayang, pengampunan, dan kebijaksanaan.
Berpuasa seperti puasanya orang yang akan meninggalkan dunia. Dalam hadits shahih Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan tips shalat yg khusyu’ dengan sabdanya, “Apabila kamu hendak shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang akan pamitan ..”_ (HR Ahmad, no. 23498, Ibnu Majah, no. 4171, dan di _shahih_ kan oleh Syekh Albani dalam _“As Silsilah Ash Shahihah”_, no. 401). Dalam konteks Ramadhan, pesan itu seakan menjadi صُوْمُوا كَصِيامِ مُوَدِّعٍ , _”Berpuasalah seperti puasanya orang yang akan meninggalkan dunia”_. Kita semua pasti akan meninggalkan dunia yang fana ini, tanpa pernah bisa kita prediksi dan kematian tidak pernah akan permisi. Menghadirkan perasaan jangan-jangan Ramadhan kali ini adalah yang terakhir –kemungkinan itu bisa terjadi- dapat memacu dan memicu kita untuk dapat mengoptimalkan pertemuan kita dengan Ramadhan dengan peningkatan beragam amaliah Ramadhan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Menjadi pribadi yang berpengaruh dan berkarismatik dengan kekuatan kata-kata di bulan Ramadan memerlukan kombinasi dari kesadaran spiritual, kepekaan terhadap orang lain, serta kemampuan untuk menginspirasi dan memberdayakan dengan kata-kata.
Untuk menjadi pribadi yang berpengaruh dan berkharismatik dengan kekuatan kata-kata di bulan Ramadhan, tentang bagaimana mencapainya adalah sebagai berikut, Pertama, di bulan Ramadan, kesadaran spiritual menjadi kunci dalam membentuk kepribadian yang berpengaruh. Memperdalam hubungan dengan Allah melalui ibadah, dzikir, dan refleksi diri membantu memperkuat pondasi spiritual. Kesadaran akan nilai-nilai seperti kesabaran, ketulusan, dan pengampunan menjadi landasan yang kuat untuk memancarkan karisma dan pengaruh positif kepada orang lain. Kedua, Menggunakan kata-kata yang penuh dengan makna dan inspirasi dapat menggerakkan hati dan jiwa orang lain. Di bulan Ramadan, kata-kata yang menyoroti nilai-nilai seperti belas kasih, kerendahan hati, dan kebaikan menjadi sangat relevan. Kata-kata yang memotivasi untuk meningkatkan ibadah, berbuat baik kepada sesama, dan meraih kesempurnaan diri dapat memengaruhi orang lain untuk melakukan perubahan positif dalam hidup mereka.
Keterlibatan emosional dan empati terhadap orang lain adalah kunci untuk menjadi pribadi yang berpengaruh. Di bulan Ramadan, di mana kesadaran terhadap kebutuhan orang lain meningkat, menyampaikan kata-kata yang memperlihatkan perhatian dan pemahaman terhadap perjuangan orang lain dapat menciptakan ikatan yang kuat dan membangun kepercayaan. Untuk menjadi pribadi yang berpengaruh dan berkarismatik, konsistensi dalam kata-kata dan tindakan sangatlah penting. Konsistensi dalam menyampaikan nilai-nilai spiritual dan menjalani prinsip-prinsip agama akan memperkuat integritas pribadi. Selaras antara kata-kata yang diucapkan dan perilaku yang ditunjukkan akan menambah kepercayaan dan rasa hormat dari orang lain. Kata-kata yang memberdayakan merupakan alat yang kuat untuk mengubah dunia. Di bulan Ramadan, mengajak orang lain untuk mencapai potensi tertinggi mereka, mengingatkan mereka akan kekuatan doa dan pengampunan, serta memotivasi mereka untuk berbuat baik akan menciptakan lingkungan yang penuh dengan inspirasi dan harapan.
Memadukan kesadaran spiritual, empati, dan kata-kata yang memotivasi, seseorang dapat menjadi pribadi yang berpengaruh dan berkarismatik di bulan Ramadan. Kesempatan untuk membimbing, menginspirasi, dan memberdayakan orang lain melalui kekuatan kata-kata adalah salah satu cara yang paling efektif untuk merasakan signifikansi dan berkontribusi pada kebaikan selama bulan yang mulia ini. Dalam bulan Ramadan, menjadi pribadi yang berpengaruh dan berkarismatik dengan kekuatan kata-kata melibatkan kesadaran spiritual yang mendalam, kemampuan untuk menginspirasi dan memberdayakan orang lain, serta konsistensi dalam tindakan dan kata-kata. Kesadaran akan nilai-nilai spiritual seperti kesabaran, kerendahan hati, dan pengampunan menjadi pondasi yang kuat, sementara kata-kata yang menginspirasi dan penuh empati dapat menggerakkan hati dan jiwa orang lain.
Konsistensi dalam perilaku dan kesesuaian antara kata-kata dan tindakan meningkatkan integritas pribadi, sementara memberdayakan orang lain dengan kata-kata yang positif dan memotivasi menciptakan lingkungan yang penuh dengan inspirasi dan harapan. Dengan demikian, dalam bulan Ramadan, memanfaatkan kekuatan kata-kata untuk memperkuat hubungan spiritual, membina hubungan antarmanusia, dan memperbaiki dunia menjadi tugas yang sangat penting dan bermakna. (Wallahu a’lam bis assowab).
[1] Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Raden Fatah Palembang