INTERPRETASI “BAPER” POSITIF DALAM BULAN RAMADHAN

Oleh: Muhammad Isnaini[1]

 

Di pagi hari tepatnya setelah sholat Subuh pada hari kamis tanggal 28 Maret 2024, saya menemukan kata Tersinggung dan atau Bapper dan saya diskusikan dengan uminya anak-anak serta anak saya Najwa Lailatul Mu’jizah sewaktu mengantarkannya ke rumah sakit Mohammad Husen tuk cuci darah rutinnya, kemudian saya tulis dengan modifikasi dan interpretasi, wal hasil saya masukkan ke Whatshapp Group (WAG) Fakultas Sains dan Teknologi, bunyinya begini “Muhasyabah hari ini… TERSINGGUNG, BAPER KATA G-Z WA MELINIAL SEKARANG”.

“Hidup ini begitu rumit dengan orang-orang yang mudah tersinggung alias baper, Kepekaannya salah tempat, Dia yang salah paham, dia yang marah.

Tak peduli usia, tingkat pendidikan, strata sosial, pekerjaan, atau kesalehan yang ditampilkan, hari-hari ini siapa saja bisa tersinggung. Itu kenapa, adalah penting untuk mencurigai kebodohan diri sendiri, Supaya kita tidak buta dari kemungkinan bahwa ada kebenaran pada orang lain yang tak kita mengerti dan ada kesalahan pada diri sendiri yang tak mampu kita deteksi. Hati-hati, mudah tersinggung alias baper bisa jadi tanda kerasnya hati. Dan hati yang mengeras biasanya mudah sekali panas, maka serahkanlah hatimu pada Allah. Mintalah pada-Nya agar hati ini dibeningkan, sebening mata air agar jelas memandang, agar tak samar-samar oleh prasangka dan gagal paham pada akhirnya.

Bukankah hati yang bersih akan selalu memancarkan ketenangan?”. Wallahu@’lam bissowab…

Pesan yang disampaikan dalam tulisan tersebut sangat relevan dan memprovokasi untuk refleksi diri. Dalam kehidupan yang kompleks dan penuh dengan interaksi sosial, seringkali kita menemui orang-orang yang mudah tersinggung atau “baper”. Tulisan ini menyoroti pentingnya kesadaran diri dan introspeksi dalam menghadapi reaksi emosional kita sendiri dan orang lain. Pertama-tama, tulisan ini mengajak kita untuk tidak langsung menyalahkan orang lain ketika mereka mudah tersinggung. Sebaliknya, kita perlu merenungkan apakah kemungkinan ada kesalahan atau ketidakpahaman dari diri sendiri yang menjadi penyebabnya. Hal ini mencerminkan pentingnya sikap rendah hati dan pengakuan bahwa kita tidak selalu benar atau memiliki pemahaman yang sempurna atas situasi. Kemudian, tulisan ini menyoroti bahaya dari hati yang keras atau kerasnya hati. Hati yang keras cenderung mudah panas dan sulit untuk menerima pandangan atau pendapat orang lain. Ini mengingatkan kita untuk memperhatikan keadaan hati kita sendiri, dan untuk meminta perlindungan dan bimbingan dari Allah SWT untuk menjaga hati kita tetap bersih dan jernih.

Pada akhirnya, tulisan ini menekankan bahwa hati yang bersih akan selalu memancarkan ketenangan. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa ketenangan batin tidak hanya datang dari situasi eksternal, tetapi juga dari keadaan hati yang bersih dan damai. Dengan memperhatikan kesucian hati dan mengarahkannya pada kebaikan, kita dapat mencapai kedamaian dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Secara keseluruhan, tulisan ini memberikan pesan yang kuat tentang pentingnya kesadaran diri, rendah hati, dan spiritualitas dalam menghadapi kompleksitas kehidupan dan interaksi sosial. Ini adalah pengingat yang bermakna untuk kita semua agar tetap terhubung dengan nilai-nilai yang mendalam dan memelihara hati yang bersih dan damai.

Pada konteks Ramadhan sekarang, kita sering kali mendengar istilah “baper”, singkatan dari bahasa gaul yang merujuk pada perasaan bawaan atau emosi yang intens, seperti baper (bawa perasaan), yang umumnya dianggap negatif. Namun, dalam pandangan yang lebih mendalam, kita dapat mengubah interpretasi “baper” tersebut menjadi sesuatu yang positif, terutama dalam konteks Ramadhan. Interpretasi positif dari “baper” dalam bulan Ramadhan tersebut adalah. Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan kesadaran akan emosi kita. Merasakan “baper” bisa menjadi tanda bahwa kita sensitif terhadap perasaan kita sendiri dan orang lain di sekitar kita. Hal ini membuka peluang untuk lebih memahami dan menghargai perasaan kita sendiri serta belajar untuk lebih empati terhadap orang lain.

“Baper” juga bisa menjadi sinyal bahwa hati kita terbuka untuk memahami pesan-pesan spiritual yang disampaikan oleh Ramadhan. Ketika kita merasakan kelembutan atau kepekaan yang mendalam terhadap makna ibadah dan hubungan dengan Allah SWT, itu adalah tanda bahwa kita terbuka untuk mendalami spiritualitas kita dengan lebih dalam. Reaksi emosional yang intens juga bisa menjadi panggilan untuk merenungkan diri sendiri dengan lebih mendalam. Ketika kita merasa terharu atau tersentuh oleh ayat-ayat Al-Qur’an, khutbah, atau pengalaman spiritual lainnya, itu adalah waktu yang tepat untuk mengeksplorasi apa yang memicu perasaan tersebut dan bagaimana kita dapat tumbuh dari pengalaman tersebut. “Baper” juga bisa menjadi jembatan untuk memperdalam hubungan kita dengan sesama. Saat kita merasakan empati yang mendalam terhadap penderitaan atau kebahagiaan orang lain, kita menjadi lebih cenderung untuk berbagi, membantu, dan mendukung mereka dalam perjalanan spiritual dan kehidupan mereka.

Dengan demikian, meskipun awalnya mungkin kita menganggap “baper” sebagai sesuatu yang negatif, dalam konteks Ramadhan, kita dapat melihatnya sebagai kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, kedalaman spiritual, dan penghormatan terhadap perasaan kita sendiri dan orang lain. Semoga kita semua dapat mengambil manfaat maksimal dari bulan yang mulia ini dan menjadikan setiap emosi yang kita alami sebagai pijakan menuju kebaikan dan keberkahan yang lebih besar. Dampak dari interpretasi “baper” yang positif dalam bulan Ramadhan dapat sangat signifikan, baik pada tingkat individu maupun pada skala lebih luas dalam masyarakat Muslim. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin timbul

Pertama, Peningkatan Kualitas Hubungan: Dengan memperhatikan dan menghargai perasaan, baik diri sendiri maupun orang lain, kita dapat memperkuat ikatan emosional dengan sesama. Hal ini dapat menghasilkan hubungan yang lebih intim dan bermakna dalam keluarga, komunitas, dan lingkungan sosial.

Kedua, Pertumbuhan Spiritual: Dengan memperdalam pemahaman akan emosi dan spiritualitas, kita dapat mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi tentang diri sendiri dan hubungan dengan Tuhan. Ini dapat membawa kita lebih dekat pada pencapaian tujuan spiritual dalam Ramadhan, seperti meningkatkan ibadah, memperbaiki akhlak, dan meningkatkan ketakwaan.

Ketiga, Kesejahteraan Mental dan Emosional: Menyadari dan menerima perasaan kita dengan cara yang positif dapat mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Ini karena kita belajar untuk tidak menekan atau menolak emosi negatif, tetapi memahaminya dan menghadapinya dengan kedewasaan dan ketenangan batin.

Keempat, Kemajuan dalam Perjalanan Pribadi: Dengan refleksi yang lebih dalam terhadap emosi dan pengalaman spiritual, kita dapat mengidentifikasi area-area di mana kita perlu tumbuh dan berkembang. Ini dapat memicu perubahan positif dalam perilaku, kebiasaan, dan pola pikir yang tidak lagi melayani kebaikan diri kita sendiri dan orang lain.

Kelima, Penguatan Solidaritas dan Empati: Dengan mengalami “baper” dengan cara yang positif, kita dapat merasakan lebih dekat dengan penderitaan dan kesulitan orang lain. Ini dapat menginspirasi kita untuk bertindak lebih banyak dalam membantu mereka yang membutuhkan, memperkuat solidaritas sosial, dan mempercepat upaya pembangunan masyarakat yang adil dan berempati. Keenam, Pemberdayaan Individu: Memahami dan menghargai perasaan kita sendiri dapat memberi kita kepercayaan diri dan keberanian untuk menghadapi tantangan hidup dengan lebih tenang dan penuh keyakinan. Ini membantu kita menjadi pribadi yang lebih kuat, tegar, dan penuh kasih.

Kesimpulan yang bisa ditarik adalah interpretasi positif dari “baper” dalam bulan Ramadhan dapat membawa dampak yang luas dan positif dalam kehidupan individu dan masyarakat. Hal ini dapat menjadi landasan bagi pertumbuhan pribadi, keberkahan, dan kedamaian dalam menjalani bulan suci ini dan seterusnya.

[1] Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Raden Fatah Palembang

Tags: No tags

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *